Papua.Utusanindo.Com. Kabupaten Jayapura,-sudah 2 tahun pengungsi korban banjir bandang berada di tempat pengungsian pasca banjir bandang Sentani tahun 2019 lalu. Hal itu membuat perkumpulan dan komunitas peduli kemanusiaan merasa prihatin.
Salah seorang pengunjung tempat pengungsian menuturkan, “Sebelumnya kami berfikir pengungsi sudah tidak ada tapi setelah di cek dan dengar kalau ada informasi pengungsi Masi tetap ada, dan kami di perkumpulan kami kumpulkan barang-barang keperluan anak-anak secara suka rela, baik buku tulis, buku menggambar, bolpoin, Klir warna,dan yang lain, semua ini kumpul sukarela,”kata Grace Boikaway di Sentani, Senin (22/3/2021)
Ia menambahkan lagi, walau jumlahnya sedikit namun dapat membantu kebutuhan dari anak-anak di pengungsian kampung Toladan Sentani.
“Kiranya sedikit yang kami bawa ini dapat membantu kekurangan dari adik-adik yang sedang sekolah, karena mereka ini ada yang ke sekolah menggunakan seragam dengan lambang sekolah lain, ada yang pake sendal, Masi banyak kekurangan-kekurangan mereka,” ujarnya.
Selain itu kata Grace selaku koordinator, ia berharap juga pemerintah dapat melihat kekurangan pengungsi ini.
“Anak-anak ini sebagai generasi sehingga mereka ini perlu di bekali dengan baik, dengan situasi pendidikan saat ini mereka banyak alami kendala, apalagi sekolah semua online dan kondisi orang tua mereka sebagaian besar petani,”tuturnya.
“Saya juga dengar keluhan mereka soal tanah yang di rekomendasikan ini belum terbayar, saya bilang kita berdoa biar Tuhan buka jalan, karena semua itu Tuhan punya tanggung jawab, mulai dari penyelesaian tanah hingga pembagunan rumah layak huni,” tutur Boikaway.
Sementara itu di tempat yang sama Sekertaris pengungsi Banjir Bandang Sentani Toladan, Yance Wenda mengucapkan terima kasih atas kunjungan kelompok kemanusiaan dari KKR (kawan-kawan RHP).
“Kami sangat berterima kasih atas kunjungan yang di lakukan, anak-anak di Lokasi ini memang mereka alami kendala seragam, buku dan kebutuhan alat tulis lainnya,”katanya.
Yance juga menjelaskan bahwa Masi banyak kendala yang ia hadapi sejak ada di pengungsian.
“Kami di lokasi ini ada 22 KK kepala keluarga, dan ada anak PPA, paud, SD, SMP dan SMA, dimana sejak banjir bandang itu dinas terkait memang datang ambil minta data dan saya data semua sepatu dan nomor mereka namun sampai saat ini tidak kunjung datang,” ucapnya.
(Akia Wenda)