Papua.Utusanindo.Com. KEEROM,-Bupati Keerom, Piter Gusbager, S.hut, MUP, membuka kegiatan sosialisasi Pengelolaan Budaya yang Masyarakat Pelakunya Lintas Daerah kabupaten/kota dalam satu daerah, (pembinaan SDM, Lembaga dan Pranata Kebudayaan di Kabupaten Keerom yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua di Arso Grande Hotel Keerom, Selasa (21/9/21).
Bupati Keerom, mengatakan pembinaan SDM masyarakat adat termasuk secara kelembagaan, dan pranata kebudayaannya, adalah hal yang penting. Karena masyarakat adat membutuhkan peningkatan kapasitas agar masyarakat menjadi salah satu motor penggerak pembangunan.
‘’Saya sambut gembira kegiatan ini karena ini adalah kegiatan yang sangat penting. Pembinaan SDM, lembaga dan pranata kebudayaan berupa norma, aturan, dan nilainya. Hubungannya jelas, karena tanpa SDM yang baik maka masyarakat adat tak akan berkembang”, ujarnya.
Ia menambahkan bahwa masyarakat adat membutuhkan peningkatan kapasitas. Ia mencontohkan di Keerom, terlalu banyak masalah yang sampai saat ini belum terselesaikan karena kapasitas SDM, dan juga struktur kelembagaan yang belum baik dan juga pranata atau nilai budaya yang belum terdokumentasi dan terdistribusi baik bahkan sampai lintas generasi.
Harapannya agar masalah kelembagaan dan struktur Lembaga juga penting untuk diselesaikan. Maka pemerintah mendorong agar LMA dan Dewan Adat Keerom untuk bersatu menjadi pendorong dan berkontribusi bagi pembangunan.
‘’Posisi lembaga adat sendiri harus kuat, dan ini harus didukung SDM yang baik sehingga mampu berkolaborasi dengan para pihak terkait dalam pembangunan. Lembaga adat secara umum harus menyesuasikan diri dengan perubahan, kalau tidak maka adat akan terbelakang bahkan menjadi penghambat, ini tidak boleh terjadi,’’ujarnya lagi.
Sedangkan menyangkut bahasa ibu dan juga nilai-nilai budaya adat agar kuat dan tak terkikis, ia mendukung agar nantinya ada penguatan bagi masyarakat adat dan bisa ditunjuk salah satu kampung adat untuk menjadi kampung percontohan.
‘’Saat ini bahasa ibu mulai terkikis, bisa saja kedepan akan ada sekolah adat yang menyangkut bahasa ibu. Karena ini salah satu dari karya, karsa dan kehendak adat, dan ini selaras dengan visi dan misi kami, yaitu bagaimana memantapkan manusia SDM Keerom menjadi manusia yang religius, berbudaya dan berkualitas. Saat ini juga sedang kita siapkan Raperda Perlindungan bahasa dan sastra di Kabupaten Keerom,’’pungkasnya.
Sementara itu, Kabid Budaya dan Seni, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua, Semuel Penggu, mengemukakan bahwa kegiatan dilaksanakan agar masyarakat adat sadar dan mengerti betapa budaya itu penting dan harus dikelola dengan baik. Dan keerom dinilai tepat untuk menggelar kegiatan ini.
‘’Karena di Keerom karena sekarang komposisi penduduk yang heterogen, ada dari gunung dan non OAP, maka agar pranata kebudayaan di Keerom bisa menghadapi tantangan kebudayaan yang datang, harus ada penguatan seperti hari ini. Di Papua diperkirakan ada 200-300 bahasa ibu, namun karena tantangan budaya inilah maka kita perkirakan ada beberapa Bahasa ibu yang telah hilang, banyak generasi muda sekarang tak tahu Bahasa ibu, inilah tugas orang tua dan pemangku adat untuk mengajarkan hal ini agar tidak hilang Bahasa, budaya dan pranata kebudayaan lainnya,’’pungkasnya.
Kegiatan yang dilaksanakan ini diikuti masyarakat dan tokoh adat, para ketua dan pengurus LMA dan DAK Keerom. Diantaranya Bonefasius Muenda (Ketua LMA Keerom), Servo Tuamis (Ketua Dewan Adat Keerom) dan dari pemerintahan selain bupati juga hadir asisten I Setda Keerom, Daniel Pantja Pasanda, Plt Kadinas Pariwisata Keerom, Anton Sumel, Kadinas Pendidikan dan Kebudayaan Keerom, Noak Wasanggai dan lainnya.(Nicko)