Papua.Utusanindo.Com. KEEROM,- Bupati Keerom, Piter Gusbager, S.hut, MUP membuka kegiatan ‘ Pelatihan Entomologi Menuju Eliminasi Malaria tahun 2030 ‘ yang dilaksanakan di Kabupaten Keerom, pada Selasa ( 21/9/2021 ) Grande Hotel Arso.
Ada Sebanyak 21 peserta yang berasal dari 9 kabupaten di Papua mengikuti pelatihan di Keerom tersebut. Para peserta ini akan dilatih untuk menjadi ‘ahli-ahli nyamuk’ yang diharapkan mendukung bahkan menjadi pilar penting dalam upaya pemberantasan malaria di Papua atau ‘ELMARIPA’.
Bupati menyampaikan apresiasi dan mendukung kegiatan tersebut, karena diakuinya angka prevalensi penularan malaria di Kabupaten Keerom masih cukup tinggi, yaitu dalam kisaran API 300-an.
‘’Tentunya kami menyampaikan apresiasi kepada Lembaga Biologi Molekular, Eijkman, yang menggelar kegiatan pelatihan ahli nyamuk saat ini. Kita tahu, Malaria adalah salah satu penyakit utama di Keerom, dengan angka prevalensi yang cukup tinggi dan dua distrik utama yang tinggi angka malarianya adalah Skanto dan Arso Barat”, ungkapnya.
Pelatihan ahli nyamuk ini diharapkan menjadi salah satu solusi untuk berantas atau Gempur malaria di Keerom bahkan Papua,’’ujarnya.
Piter Gusbager juga menuturkan saat ini di Keerom terutama di distrik Skanto dan Arso Barat memiliki kasus malaria tertinggi di Keerom. Karenanya Pemkab Keerom telah melakukan beberapa langkah, dan pelatihan ini merupakan salah satu langkah yang akan dikolaborasikan sehingga penanganan malaria di Keerom menjadi efektif untuk pemberantasan malaria di Keerom dan Papua.
‘’Belum lama ini, Bersama Perdaki, telah dilakukan pelatihan bagi 45 orang juru malaria desa (JMD), tahun lalu juga telah dilakukan pembagian kelambu bagi masyarakat, sebanyakk 40.000 lebih kelambu kita bagikan. Karena untuk memberantas malaria ini membutuhkan beberapa solusi, dan memutus rantai penularan oleh nyamuk ini salah satunya,’’ujarnya.
Selain itu upaya pemerintah juga melalui kebijakan regulasi dan budgeting juga dilakukan. Saat ini di Keerom sedang dalam proses penggodokan Raperda Eliminasi Malaria juga telah ada Malaria Center.
‘’Dari sisi kebijakan anggaran, tahun depan kita akan arahkan agar harus ada alokasi khusus dari DD di kampung-kampung untuk upaya penanganan malaria,’’tukasnya.
Sementara itu Prof dr Syafruddin PHd dari Lembaga Eijkman yang berada dibawah Kementerian Ristek dan Dikti, mengemukakan bahwa dari penelitian yang dilakukan pihaknya dibawah naungan Unicef sejak 3 tahun lalu, bahwa tingginya angka malaria di Papua karena permasalahan yang multikompleks.
‘’Kenapa malaria di Papua tetap tinggi, padahal 300 kab/kota di Indonesia, dari penilitian ternyata nyamuk aanopeles mengigit tak hanya di dalam rumah tapi juga di luar rumah, saaat bekerja di ladang dll, karena di Papua termasuk Keerom, lahan yang luas dan lembab serta curah hutan yang tinggi,’’ujarnya.
Karenanya pelatihan ini digelar dengan maksud agar masalah bisa diatasi dengan pemberantasan sarang nyamuk yang tentunya para ahli nyamuk ini yang akan memulainya.
‘’Pelatihan ini baru 20-an lebih peserta yang kita latih dari 9 kabupaten, namun kita harapkan ilmunya nanti ditularkan kepada masyarakat sehingga menjadi gerakan bersama untuk pemberantasan nyamuk malaria di wilayah masing-masing,’’tuturnya.
Ia berharap dengan upaya bersama maka target penularan malaria 0 persen bisa terwujud di tahun 2030. ‘’Tentunya dilakukan secara bertahap setiap tahun, kita harap minimal tahun 2027 bisa tuntas upaya-upaya pemberantasan malaria ini,’’tutupnya.(Nicko)